Senin, 24 Desember 2018

TIDAK SEMUA MUSIK DAN NYANYIAN ITU HARAM




para wanita bermain rebana dan bernyanyi di madinah
عَنْ اَنَسِ بْنِ مَالِكٍ اَنَّ النَّبِيَّ ص مَرَّ بِبَعْضِ الْمَدِيْنَةِ فَاِذَا هُوَ بِجَوَارٍ يَضْرِبْنَ بِدُفّهِنَّ وَ يَتَغَنَّيْنَ وَ يَقُلْنَ: نَحْنُ جَوَارٍ مِنْ بَنِى النَّجَّارِ، يَا حَبَّذَا مُحَمَّدٌ مِنْ جَارٍ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: اَللهُ يَعْلَمُ اَنّى َلاُحِبُّكُنَّ. ابن ماجه 1: 612، رقم: 1899
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi SAW pernah melewati bagian dari kota Madinah, tiba-tiba beliau melewati para wanita yang memukul rebana dan bernyanyi, mereka mengucapkan, Kami tetangga dari Bani Najjar. Alangkah baiknya Muhammad sebagai tetanggaku. Maka Nabi SAW bersabda, Allah mengetahui bahwa aku mencintai kalian. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 612, no. 1899]
.
HIBURAN MUSIK DAN NYANYI PADA HARI PERNIKAHAN
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّهَا زَفَّتِ امْرَأَةً اِلىَ رَجُلٍ مِنَ اْلاَنْصَارِ فَقَالَ نَبِيُّ اللهِ ص: يَا عَائِشَةُ، مَا كَانَ مَعَكُمْ لَهْوٌ فَاِنَّ اْلاَنْصَارَ يُعْجِبُهُمُ اللَّهْوُ. البخارى 6: 140
Dari Aisyah bahwasanya ia mengantar (mengiring) pengantin perempuan kepada pengantin laki-laki dari kaum Anshar, lalu Nabiyyullah SAW bersabda, Hai Aisyah, apakah tidak ada hiburan pada kalian, karena sesungguhnya orang-orang Anshar itu suka hiburan. [HR. Bukhari juz 6, hal. 140]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: اَنْكَحَتْ عَائِشَةُ ذَاتَ قَرَابَةٍ لَهَا مِنَ اْلاَنْصَارِ فَجَاءَ رَسُوْلُ اللهِ ص فَقَالَ: اَهْدَيْتُمُ اْلفَتَاةَ؟ قَالُوْا: نَعَمْ. قَالَ: اَرْسَلْتُمْ مَعَهَا مَنْ يُغَنّى؟ قَالَتْ: لاَ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اْلاَنْصَارَ قَوْمٌ فِيْهِمْ غَزَلٌ. فَلَوْ بَعَثْتُمْ مَعَهَا مَنْ يَقُوْلُ: اَتَيْنَاكُمْ اَتَيْنَاكُمْ فَحَيَّانَا وَحَيَّاكُمْ. ابن ماجه 1: 612، رقم: 1898
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Dahulu Aisyah pernah menikahkan kerabatnya dari kaum Anshar, lalu Rasulullah SAW datang dan bersabda, Apakah kalian mengantarkan wanita (pengantin perempuan) ?. Mereka menjawab, Ya. Beliau SAW bertanya, Apakah kalian mengantarkannya disertai dengan orang yang akan menyanyi ?. Aisyah menjawab, Tidak. Maka Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya kaum Anshar itu adalah kaum yang suka hiburan. Alangkah baiknya kalau kalian mengantar dengan disertai orang yang menyanyikan, Kami datang kepada kalian, kami datang kepada kalian, penghormatan kepada kami dan penghormatan kepada kalian. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 612, no. 1898]

عَنْ اَبِى اْلحُسَيْنِ (اِسْمُهُ خَالِدٌ الْمَدَنِيُّ) قَالَ: كُنَّا بِالْمَدِيْنَةِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَ اْلجَوَارِى يَضْرِبْنَ بِالدُّفّ وَ يَتَغَنَّيْنَ، فَدَخَلْنَا عَلَى الرُّبَيّعِ بِنْتِ مُعَوّذٍ، فَذَكَرْنَا ذلِكَ لَهَا، فَقَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ ص: صَبِيْحَةَ عُرْسِي وَ عِنْدِى جَارِيَتَانِ يَتَغَنَّيَانِ وَ تَنْدُبَانِ آبَائِى الَّذِيْنَ قُتِلُوْا يَوْمَ بَدْرٍ، وَ تَقُوْلاَنِ فِيْمَا تَقُوْلاَنِ. وَ فِيْنَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِى غَدٍ. فَقَالَ: اَمَّا هذَا، فَلاَ تَقُوْلُوْهُ، مَا يَعْلَمُ مَا فِى غَدٍ اِلاَّ اللهُ. بن ماجه 1: 611، رقم: 1897
Dari Abul Husain (nama aslinya Khalid Al-Madaniy), ia berkata : Dahulu ketika kami di Madinah pada hari Aasyuuraa, pada waktu itu ada wanita-wanita sedang memukul rebana dan bernyanyi, lalu kami masuk pada Rubayyi binti Muawwidz, lalu kami ceritakan kepadanya yang demikian itu. Maka dia berkata, Dahulu Rasulullah SAW datang kepada saya pada pagi hari pernikahan saya, sedangkan di dekat saya ada dua wanita yang bernyanyi yang dalam liriknya (isinya) menyebutkan tentang kebaikan orang-orang tuaku yang gugur di perang Badr, dan diantara yang mereka nyanyikan adalah, Dan diantara kita ada seorang Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok pagi. Maka (Rasulullah SAW) menegur, Adapun kata-kata yang ini jangan kalian ucapkan, karena tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi besok pagi, kecuali Allah. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 611, no. 1897]
عَنْ خَالِدِ بْنِ ذَكْوَانَ قَالَ: قَالَتِ الرُّبَيّعُ بِنْتُ مُعَوّذِ بْنِ عَفْرَاءَ، جَاءَ النَّبِيُّ ص فَدَخَلَ حِيْنَ بُنِيَ عَلَيَّ فَجَلَسَ عَلَى فِرَاشِى كَمَجْلِسِكَ مِنّى فَجَعَلَتْ جُوَيْرِيَاتٌ لَنَا يَضْرِبْنَ بِالدُّفّ وَ يَنْدُبْنَ مَنْ قُتِلَ مِنْ آبَائِى يَوْمَ بَدْرٍ اِذْ قَالَتْ اِحْدَاهُنَّ وَ فِيْنَا نَبِيٌّ يَعْلَمُ مَا فِى غَدٍ. فَقَالَ: دَعِى هذِهِ وَ قُوْلِى بِالَّذِى كُنْتِ تَقُوْلِيْنَ. البخارى 6: 137
Dari Khalid bin Dzakwan, ia berkata : Rubayyi’ binti Mu’awwidz bin ‘Afraa’ berkata : Dahulu Nabi SAW datang lalu masuk ketika diselenggarakan pernikahanku, lalu beliau duduk di atas tikarku seperti dudukmu di dekatku, lalu anak-anak perempuan kami mulai menabuh rebana dan bernyanyi dengan menyanjung kepahlawanan orang-orang tuaku yang gugur pada perang Badr. Ada salah satu diantara mereka yang bernyanyi yang syairnya, “Di kalangan kita ada Nabi yang mengetahui apa yang akan terjadi besok pagi”. Lalu beliau bersabda, “Tinggalkanlah ini dan ucapkanlah (nyanyikanlah) apa yang tadi kamu nyanyikan”. [HR. Bukhari juz 6, hal. 137]


عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ حَاطِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: فَصْلُ بَيْنَ اْلحَلاَلِ وَ اْلحَرَامِ الدُّفُّ وَ الصَّوْتُ فِى النّكَاحِ. ابن ماجه 1: 611، رقم: 1896
Dari Muhammad bin Haathib, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Yang membedakan antara yang halal dan yang haram adalah rebana dan suara (diumumkannya) dalam pernikahan”. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 611, no. 1896]
عَنْ عَائِشَةَ عَنِ النَّبِيّ ص قَالَ: اَعْلِنُوْا هذَا النّكَاحَ، وَ اضْرِبُوْا عَلَيْهِ بِاْلغِرْبَالِ. ابن ماجه 1: 611، رقم: 1895
Dari Aisyah, dari Nabi SAW, beliau bersabda, Umumkanlah pernikahan ini, dan pukullah rebana padanya. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 611, no. 1895, dlaif karena di dalam sanadnya ada perawi bernama Khalid bin Ilyas (Abul Haitsam Al-Adawiy)]

.
HIBURAN MUSIK DAN NYANYIAN PADA HARI RAYA
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: دَخَلَ عَلَيَّ اَبُوْ بَكْرٍ وَ عِنْدِى جَارِيَتَانِ مِنْ جَوَارِى اْلاَنْصَارِ. تُغَنّيَانِ بِمَا تَقَاوَلَتْ بِهِ اْلاَنْصَارُ فِى يَوْمِ بُعَاثٍ. قَالَتْ وَ لَيْسَتَا بِمُغَنّيَتَيْنِ. فَقَالَ اَبُوْ بَكْرٍ: اَ بِمَزْمُوْرِ الشَّيْطَانِ فِى بَيْتِ النَّبِيّ ص، وَ ذلِكَ فِى يَوْمِ عِيْدِ اْلفِطْرِ. فَقَالَ النَّبِيُّ ص: يَا اَبَا بَكْرٍ اِنَّ لِكُلّ قَوْمٍ عِيْدًا وَ هذَا عِيْدُنَا. ابن ماجه 1: 612، رقم: 1898
Dari Aisyah, ia berkata Abu Bakar pernah datang kepada saya, sedangkan waktu itu ada dua wanita diantara wanita-wanita Anshar yang bernyanyi dengan syair-syair yang diucapkan orang-orang Anshar pada hari perang Buaats, Aisyah mengatakan bahwa kedua wanita tersebut pekerjaannya bukan sebagai penyanyi. Lalu Abu Bakar berkata, Apakah dengan seruling syaithan di rumah Nabi SAW ?. Dan kejadian itu pada hari raya idul fithri. Maka Nabi SAW bersabda, Hai Abu Bakar, sesungguhnya masing-masing kaum mempunyai hari raya, dan pada hari ini adalah hari raya kita. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 612, no. 1898]
عَنْ عَائِشَةَ اَنَّ اَبَا بَكْرٍ دَخَلَ عَلَيْهَا وَ عِنْدَهَا جَارِيَتَانِ فِى اَيَّامِ مِنًى تُدَفّفَانِ وَ تَضْرِبَانِ وَ النَّبِيُّ ص مُتَغَشّ بِثَوْبِهِ فَانْتَهَرَهُمَا اَبُوْ بَكْرٍ فَكَشَفَ النَّبِيُّ ص عَنْ وَجْهِهِ وَ قَالَ: دَعْهُمَا يَا اَبَا بَكْرٍ، فَاِنَّهَا اَيَّامُ عِيْدٍ. وَ تِلْكَ اْلاَيَّامُ اَيَّامُ مِنًى. وَ قَالَتْ عَائِشَةُ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ ص يَسْتُرُنِى وَ اَنَا اَنْظُرُ اِلىَ اْلحَبَشَةِ وَ هُمْ يَلْعَبُوْنَ فِى الْمَسْجِدِ، فَزَجَرَهُمْ، فَقَالَ النَّبِيُّ ص دَعْهُمْ اَمْنًا بَنِى اَرْفِدَةَ يَعْنِى مِنَ اْلاَمْنِ. البخارى 2: 11
Dari Aisyah, bahwasanya pada hari Mina Abu Bakar datang kepadanya, sedangkan di dekatnya ada dua wanita yang bernyanyi dan bermain rebana, sedangkan Nabi SAW menutupi wajahnya dengan pakaiannya, lalu Abu Bakar membentak kedua wanita (yang bermain rebana tadi), maka Nabi SAW membuka wajahnya dan bersabda, Biarkan keduanya hai Abu Bakar, karena ini adalah hari raya. Dan hari itu adalah hari-hari Mina. Aisyah berkata, Aku melihat Nabi SAW menutupiku, sedangkan aku melihat kaum Habsyi mereka bermain di masjid. Maka (Umar) membentak mereka. Lalu Nabi SAW bersabda, Biarkanlah aman kaum Bani Arfidah, yakni dengan aman.  [HR. Bukhari juz 2, hal. 11]
.

WANITA MENYAMBUT KEDATANGAN NABI DENGAN MUSIK DAN NYANYI
عَنْ بُرَيْدَةَ قَالَ خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ ص فِيْ بَعْضِ مَغَازِيْهِ فَلَمَّا انْصَرَفَ جَاءَتْ جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ فَقَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنّيْ كُنْتُ نَذَرْتُ اِنْ رَدَّكَ اللهُ سَالِمًا اَنْ اَضْرِبَ بَيْنَ يَدَيْكَ بِالدُّفّ وَ اَتَغَنَّى. قَالَ لَهَا رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنْ كُنْتِ نَذَرْتِ فَاضْرِبِيْ وَ اِلاَّ فَلاَ. فَجَعَلَتْ تَضْرِبُ فَدَخَلَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ هِيَ تَضْرِبُ، ثُمَّ دَخَلَ عَلِيٌّ وَ هِيَ تَضْرِبُ ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ وَ هِيَ تَضْرِبُ ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَاَلْقَتِ الدُّفَّ تَحْتَ اِسْتِهَا ثُمَّ قَعَدَتْ عَلَيْهِ. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ الشَّيْطَانَ لَيَخَافُ مِنْكَ يَا عُمَرُ، اِنّيْ كُنْتُ جَالِسًا وَ هِيَ تَضْرِبُ، فَدَخَلَ اَبُوْ بَكْرٍ وَ هِيَ تَضْرِبُ، ثُمَّ دَخَلَ عَلِيٌّ وَ هِيَ تَضْرِبُ، ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ وَ هِيَ تَضْرِبُ، فَلَمَّا دَخَلْتَ اَنْتَ يَا عُمَرُ، اَلْقَتِ الدُّفّ. الترمذي 5: 285، رقم: 3773، وصححه
Dari Buraidah, ia berkata : Rasulullah SAW pernah pergi dalam salah satu peperangan, ketika beliau kembali, ada seorang wanita berkulit hitam  yang menyambut kedatangan beliau itu sambil mengatakan, Ya Rasulullah, sungguh aku telah bernadzar, jika Allah mengembalikan engkau dengan selamat, aku akan menabuh rebana sambil bernyanyi di hadapanmu. Maka jawab beliau, Kalau benar kamu telah bernadzar, maka tabuhlah, tetapi kalau tidak bernadzar, jangan kamu tabuh. Lalu wanita itu menabuhnya. Tiba-tiba Abu Bakar masuk ke rumah Nabi SAW, sedang si wanita tadi masih tetap menabuh. Lalu Ali menyusul masuk, sedang si wanita tadi masih tetap menabuh. Kemudian Utsman menyusul masuk, dan si wanita tadi masih tetap menabuh. Lalu datanglah Umar, maka si wanita tadi (berhenti menabuh) dan menyembunyikan rebananya itu di bawah pinggulnya lalu mendudukinya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda, Sungguh syaithan benar-benar takut kepadamu hai Umar. Aku duduk sedang si wanita itu menabuh rebana, kemudian Abu Bakar masuk, sedang si wanita itu tetap saja menabuh rebana, menyusul Ali masuk, si wanita itu tetap menabuh rebana, lalu Utsman masuk, sedang si wanita itu tetap saja menabuh rebana. Tetapi begitu kamu masuk, maka wanita itu spontan menyembunyikan rebananya. [HR. Tirmidzi juz 5, hal. 285, no. 3773, dan ia menshahihkannya]
.
Keterangan :
A. Musik atau maaazif adalah semua alat yang menimbulkan bunyi-bunyian, baik dengan cara dipukul, digesek, dipetik, ditiup, ditekan dan lain sebagainya.
Dari hadits-hadits di atas bisa kita pahami bahwa bermain musik, melihat, maupun mendengarkan musik adalah sudah ada sejak jaman Nabi SAW, dan beliaupun tidak melarangnya. Dan bisa pula kita pahami bahwa bermain musik dan bernyanyi, melihat maupun mendengarkannya, hukumnya adalah mubah (boleh).

B  Ada sebagian kaum muslimin yang berpendapat bahwa bermain musik itu hukumnya haram berdasar hadits-hadits sebagai berikut :
..
HARAMNYA MUSIK KARENA UNSUR MAKSIAT SEPERTI KHAMR, JUDI DAN ZINA
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ غَنْمٍ اْلاَشْعَرِيّ قَالَ: حَدَّثَنِي اَبُوْ عَامِرٍ اَوْ اَبُوْ مَالِكٍ اْلاَشْعَرِيُّ وَ اللهِ مَا كَذَبَنِى سَمِعَ النَّبِيَّ ص يَقُوْلُ: لَيَكُوْنَنَّ مِنْ اُمَّتِى اَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنَ اْلحِرَّ وَ اْلحَرِيْرَ وَ اْلخَمْرَ وَ الْمَعَازِفَ وَ لَيَنْزِلَنَّ اَقْوَامٌ اِلىَ جَنْبِ عَلَمٍ يَرُوْحُ عَلَيْهِمْ بِسَارِحَةٍ لَهُمْ يَأْتِيْهِمْ لِحَاجَةٍ فَيَقُوْلُوْا اِرْجِعْ اِلَيْنَا غَدًا فَيُبَيّتُهُمُ اللهُ وَ يَضَعُ اْلعَلَمَ وَ يَمْسَخُ آخَرِيْنَ قِرَدَةً وَ خَنَازِيْرَ اِلىَ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ. البخاري 6: 243
Dari Abdur Rahman bin Ghanmin Al-Asyariy, ia berkata : Abu Amir atau Abu Malik Al-Asyariy menceritakan kepadaku, demi Allah dia tidak berbohong kepadaku, bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda, Sungguh akan ada di kalangan ummatku kaum-kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr, dan musik, dan beberapa kaum akan mendatangi tempat yang terletak di dekat gunung tinggi, mereka datang dengan berjalan kaki untuk suatu keperluan. Lantas mereka (yang didatangi) berkata, Kembalilah kepada kami besok pagi. Pada malam harinya Allah menimpakan gunung tersebut kepada mereka, dan (Allah) merubah yang lainnya menjadi kera dan babi hingga hari qiyamat. [HR. Bukhari juz 6, hal. 243]
عَنْ اَبِى مَالِكِ اْلاَشْعَرِيّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: لَيَشْرَبَنَّ نَاسٌ مِنْ اُمَّتِى اْلخَمْرَ يُسَمُّوْنَهَا بِغَيْرِ اسْمِهَا يُعْزَفُ عَلَى رُءُوْسِهِمْ بِالْمَعَازِفِ وَ الْمُغَنّيَاتِ، يَخْسِفُ اللهُ بِهِمُ اْلاَرْضَ وَ يَجْعَلُ مِنْهُمُ اْلقِرَدَةَ وَ اْلخَنَازِيْرَ. ابن ماجة 2: 1333، رقم:4020
Dari Abu Malik Al-Asyariy, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Sungguh ada segolongan dari ummatku yang minum khamr yang mereka menamakannya bukan nama (asli)nya, kepala mereka disibukkan dengan musik dan biduanita. Allah akan menenggelamkan mereka ke dalam tanah dan merubah mereka menjadi kera dan babi. [HR. Ibnu Majah juz 2, hal. 1333, no. 4020]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله ص: اِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيَّ اَوْ حُرّمَ اْلخَمْرُ وَ الْمَيْسِرُ وَ اْلكُوْبَةُ. قَالَ: وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. قَالَ سُفْيَانُ: فَسَأَلْتُ عَلِيَّ بْنَ بَذِيْمَةَ عَنِ اْلكُوْبَةِ، قَالَ: اَلطَّبْلُ. ابو داود 3: 331، رقم: 3696
Dari Ibnu Abbas, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadaku atau diharamkan (kepadaku) khamr, judi dan Kuubah. Dan beliau bersabda, Setiap yang memabukkan adalah haram. Sufyan berkata : Lalu aku bertanya kepada Ali bin Badzimah tentang arti Kuubah. Ia menjawab, (Kuubah itu adalah) tambur. [HR. Abu Dawud  juz 3, hal. 331, no. 3696]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِنَّ اللهَ حَرَّمَ عَلَيْكُمُ اْلخَمْرَ وَ الْمَيْسِرَ وَ اْلكُوْبَةَ وَقَالَ: وَ كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ. احمد 1: 350
Dari Ibnu Abbas, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada kalian khamr, judi dan Kuubah (tambur), dan beliau bersabda, Dan setiap yang memabukkan adalah haram. [HR. Ahmad juz 1, hal. 350]
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: فِيْ هذِهِ اْلاُمَّةِ خَسْفٌ وَ مَسْخٌ وَ قَذْفٌ. فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، وَ مَتَى ذلِكَ؟ قَالَ: اِذَا ظَهَرَتِ اْلقِيَانُ وَ الْمَعَازِفُ وَ شُرِبَتِ اْلخُمُوْرُ. الترمذي 3: 336، رقم: 2309
Dari Imran bin Husain bahwa Rasulullah SAW bersabda, Pada ummat ini akan ada (siksaan berupa) ditenggelamkan ke bumi, diganti rupa dan dilempar batu dari langit. Lalu ada seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin bertanya, Ya Rasulullah, kapan peristiwa itu terjadi ?. Beliau menjawab, Apabila telah merajalela penyanyi-penyanyi dan musik, dan khamr diminum (dimana-mana). [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 336, no. 2309, dlaif karena dalam sanadnya ada perawi bernama Abbaad bin Yaquub Al-Kuufiy dan Abdullah bin Abdul Qudduus, keduanya dlaif]
عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: اِذَا اتُّخِذَ اْلفَيْءُ دُوَلاً وَ اْلاَمَانَةُ مَغْنَمًا وَ الزَّكَاةُ مَغْرَمًا وَ تُعُلّمَ لِغَيْرِ الدّيْنِ وَ اَطَاعَ الرَّجُلُ امْرَاَتَهُ وَ عَقَّ اُمَّهُ وَ اَدْنَى صَدِيْقَهُ وَ اَقْصَى اَبَاهُ وَ ظَهَرَتِ اْلاَصْوَاتُ فِي الْمَسَاجِدِ وَ سَادَ اْلقَبِيْلَةَ فَاسِقُهُمْ وَ كَانَ زَعِيْمُ اْلقَوْمِ اَرْذَلَهُمْ و اُكْرِمَ الرَّجُلُ مَخَافَةَ شَرّهِ وَ ظَهَرَتِ اْلقَيْنَاتُ وَ الْمَعَازِفُ وَ شُرِبَتِ اْلخُمُوْرُ وَ لَعَنَ آخِرُ هذِهِ اْلاُمَّةِ اَوَّلَهَا فَلْيَرْتَقِبُوْا عِنْدَ ذلِكَ رِيْحًا حَمْرَاءَ وَ زَلْزَلَةً وَ خَسْفًا وَ مَسْخًا وَ قَذْفًا وَآيَاتٍ تَتَابَعُ كَنِظَامِ بَالٍ قُطِعَ سِلْكُهُ فَتَتَابَعَ. الترمذي 3: 335، رقم: 2308
Dari Abu Hurairah, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, Apabila harta fai (rampasan perang) sudah dijadikan barang rebutan, amanat (kepemimpinan) dijadikan sebagai barang ghanimah (rampasan), zakat dihutang (tidak dibayar), dipelajari hal-hal yang bukan agama, suami tunduk kepada istrinya, ibunya didurhakai, orang lebih dekat kepada kawannya, sementara ayahnya sendiri dijauhi, suara-suara gaduh di masjid-masjid, yang menjadi kepala qabilah (kampung) adalah orang yang fasiq, yang menjadi pemimpin bagi suatu kaum adalah orang yang sangat rendah akhlaqnya, seseorang disanjung-sanjung karena takut kejahatannya, merajalelanya penyanyi-penyanyi dan musik, khamr diminum (dimana-mana), generasi yang di belakang mengutuk generasi pendahulunya, maka di saat yang demikian itu hendaklah mereka waspada datangnya angin merah, gempa bumi, tenggelam ke dalam tanah, perubahan (menjadi kera dan babi) dan pelemparan batu dari langit serta beberapa tanda (kekuasaan Allah) yang akan terjadi berturut-turut seperti untaian (benda) yang talinya putus, maka akan (berjatuhan benda tersebut) berturut-turut. [HR. Tirmidzi juz 3, hal. 335, no. 2308, dlaif karena di dalam sanadnya ada perawi bernama Rumaih Al-Judzamiy, ia majhul]
عَنْ اَبِى اُمَامَةَ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ ص قَالَ: لاَ تَبِيْعُوا اْلقَيْنَاتِ وَ لاَ تَشْتَرُوْهُنُّ وَ لاَ تُعَلّمُوْهُنَّ وَ لاَ خَيْرَ فِيْ تِجَارَةٍ فِيْهِنَّ وَ ثَمَنُهُنَّ حَرَامٌ وَ فِيْ مِثْلِ هذَا اُنْزِلَتْ هذِهِ اْلآيَةُ وَ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَّشْتَرِيْ لَهْوَ اْلحَدِيْثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ (اِلى آخِرِ اْلآيَةِ). الترمذي 5: 25، رقم: 3247
Dari Abu Umamah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, Janganlah kalian menjual penyanyi-penyanyi wanita, jangan kalian membeli mereka dan jangan pula kalian ajari mereka itu, karena sama sekali tidak ada kebaikannya memperdagangkan mereka itu, dan hasilnya pun haram, dan seperti ini, diturunkan ayat (yang artinya), Diantara manusia ada yang membeli perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (orang) lain dari jalan Allah, (QS Luqman : 6) sampai akhir ayat. [HR. Tirmidzi juz 5, hal. 25, no. 3247, dlaif karena dalam sanadnya ada perawi bernama Ali bin Yazid bin Abi Hilaal].
عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ: كُنْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ فَسَمِعَ صَوْتَ طَبْلٍ فَاَدْخَلَ اِصْبَعَيْهِ فِى اُذُنَيْهِ، ثُمَّ تَنَحَّى حَتَّى فَعَلَ ذلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ قَالَ: هكَذَا فَعَلَ رَسُوْلُ اللهِ ص. ابن ماجه 1: 612
Dari Mujahid, ia berkata : Dahulu ketika saya bersama Ibnu Umar, tiba-tiba mendengar suara tambur, lalu (Ibnu Umar) memasukkan kedua jarinya ke kedua telinganya, kemudian ia mundur, sehingga berbuat demikian tiga kali. Kemudian ia berkata, Demikianlah dahulu Rasulullah SAW berbuat. [HR. Ibnu Majah juz 1, hal. 611, no. 1901, dlaif karena dalam sanadnya ada perawi bernama Laits bin Abi Sulaim]
Keterangan :
Nabi dan para shahabat bergaul dikalangan masyarakat yang mengenal musik, bersyair dan sejenisnya namun tidak ikut berkiprah. Mereka ada di lingkungan itu, mereka mengkritisi dan hadir di lingkungan tersebut.
.
Hadits-hadits yang dipakai dasar haramnya bermain musik tersebut, kalau kita fahami bahwa bermain musik itu haram, tentu berlawanan dengan hadits-hadits yang di depan yang membolehkan bermain musik.
Oleh sebab itu, kami memahami maksud hadits tersebut bahwa Nabi SAW memberitahukan akan terjadi zaman kerusakan ummat, dimana orang-orang sudah tidak mempedulikan lagi halal-haram, dan merajalelanya pergaulan bebas dan perzinaan, yang biasanya dibarengi dengan minuman keras, penyanyi atau penari dan musik. Walloohu alam.


Selasa, 06 November 2018

KULTUS DAN KEWAJIBAN BERPEGANG KEPADA DALIL



DALILNYA MANA?
Ummat Islam wajib memegang kepada dalil dalam beramal dan bersikap. Bahkan kita dilarang berbuat ketika tidak ada ilmu. Allah Ta’ala berfirman:
.
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya." (QS. Al-israa’ [17] : 36)
.
Bahkan Allah memerintahkan untuk bertanya kepada ahli ilmu bila kita tidak mengetahui.
.
فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [النحل/43]
"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui." (QS. An-nahl [16] : 43)
.
Yakni: orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab. Dan kalau kita berselisih pun diperintahkan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
.
فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا [النساء/59]
"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (QS. An-Nisaa’ [4] : 59)
.
KULTUS
Kultus atau taat buta, misalnya ketika diperintahkan atasan dalam bekerja, ternyata perintah itu tidak bertentangan dengan Islam, maka kita tidak dapat disebut sebagai orang yang mengkultuskan perintah atasan ketika mengerjakan perintah itu. Sebutan mengkultuskan baru dapat dituduhkan apabila perintah atasan itu bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun kita pilih mengikuti perintah atasan daripada mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam hal ini ada penjelasan dalam Islam, di antaranya peristiwa berikut ini:
.
Imam Ahmad, At-Tirmidzi dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Adi bin Hatim Ath-Thai, “Bahwa ia (Adi bin Hatim) menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan di lehernya ada salib. Rasulullah membacakan surat At-Taubah ayat 31. Lalu Adi bin Hatim berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
.
مَا عَبَدُوهُمْ قَالَ : أَحَلُّوا لَهُمْ الْحَرَامَ فَأَطَاعُوهُمْ وَحَرَّمُوا عَلَيْهِمْ الْحَلَالَ فَأَطَاعُوهُمْ فَكَانَتْ تِلْكَ عِبَادَتَهُمْ إيَّاهُمْ.
"Mereka tidak pernah menyembah (pendeta)!". Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab: "Ya!. Jika (para pendeta) mengharamkan kepada mereka sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram, mereka mengikuti (para pendeta itu) maka itulah cara menyembah pendeta mereka'." (Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Dar As-Salam, 1994, 2/459) [1]
.
Itulah yang namanya kultus. Sudah jelas ajaran para rahib / pendeta itu bertentangan dengan perintah Allah Ta’ala, namun justru mereka mengikuti pendeta dan meninggalkan perintah dari Allah Ta’alaUmat Islam juga perlu hati-hati. Di kalangan Islam juga tidak sedikit guru-guru yang ajarannya bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahkan tidak sedikit yang jelas-jelas mengajarkan kesesatan, dan aneka macam yang dibuat-buat secara baru tanpa ada landasan dalilnya yang shahih.

(Cuplikan khutbah Jumat, 27/01/2012 oleh Hartono Ahmad Jaiz)