DALILNYA MANA?
Ummat Islam wajib memegang kepada dalil dalam beramal dan bersikap. Bahkan kita dilarang
berbuat ketika tidak ada ilmu. Allah Ta’ala
berfirman:
.
وَلَا تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ
أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا [الإسراء/36]
"Dan janganlah
kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta
pertanggungan jawabnya." (QS. Al-israa’ [17] : 36)
.
Bahkan Allah
memerintahkan untuk bertanya kepada ahli ilmu bila kita tidak mengetahui.
.
فَاسْأَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [النحل/43]
"Maka
bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui." (QS. An-nahl [16] : 43)
.
Yakni:
orang-orang yang mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab. Dan kalau
kita berselisih pun diperintahkan kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah.
.
فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
[النساء/59]
"Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya." (QS.
An-Nisaa’ [4] : 59)
.
KULTUS
Kultus atau taat buta, misalnya ketika diperintahkan atasan
dalam bekerja, ternyata perintah itu tidak bertentangan dengan
Islam, maka kita tidak dapat disebut sebagai orang yang mengkultuskan perintah atasan ketika mengerjakan perintah itu. Sebutan mengkultuskan baru dapat dituduhkan apabila perintah atasan itu bertentangan dengan
Al-Qur’an dan As-Sunnah, namun kita pilih mengikuti perintah atasan daripada
mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam hal ini ada penjelasan dalam Islam, di
antaranya peristiwa berikut ini:
.
Imam Ahmad,
At-Tirmidzi dan Ibnu Jarir meriwayatkan dari Adi bin Hatim Ath-Thai, “Bahwa ia
(Adi bin Hatim) menghadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan di
lehernya ada salib. Rasulullah membacakan surat At-Taubah ayat 31.
Lalu Adi bin Hatim berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
.
مَا
عَبَدُوهُمْ قَالَ : أَحَلُّوا لَهُمْ الْحَرَامَ فَأَطَاعُوهُمْ وَحَرَّمُوا
عَلَيْهِمْ الْحَلَالَ فَأَطَاعُوهُمْ فَكَانَتْ تِلْكَ عِبَادَتَهُمْ إيَّاهُمْ.
"Mereka
tidak pernah menyembah (pendeta)!". Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam menjawab: "Ya!. Jika (para pendeta)
mengharamkan kepada mereka sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang
haram, mereka mengikuti (para pendeta itu) maka itulah cara menyembah
pendeta mereka'." (Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah Dar As-Salam, 1994, 2/459) [1]
.
Itulah yang namanya
kultus. Sudah jelas ajaran para rahib / pendeta itu bertentangan dengan perintah
Allah Ta’ala, namun justru mereka mengikuti pendeta dan meninggalkan
perintah dari Allah Ta’ala. Umat Islam
juga perlu hati-hati. Di kalangan Islam juga tidak sedikit guru-guru yang
ajarannya bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Bahkan tidak sedikit
yang jelas-jelas mengajarkan kesesatan, dan aneka macam yang dibuat-buat secara
baru tanpa ada landasan dalilnya yang shahih.
(Cuplikan khutbah Jumat,
27/01/2012 oleh Hartono Ahmad Jaiz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar